Snail Mail (Lindsey Jordan) baru-baru ini mengumumkan perilisan album keduanya yang ditunggu-tunggu Valentine pada tanggal 5 November melalui Matador. Ia juga merilis single baru ‘Ben Franklin’, bersama dengan video musik pendamping yang disutradarai oleh Josh Coll.
‘Ben Franklin’ dibuat dengan mesin drum dan synth yang menyelimuti vokal Jordan yang mentah dan mencibir namun rentan: Got money, I don’t care about sex / You knew how i’d take it / You brought her to flex. “Saya ingin secara sonik dan lirik keluar dari zona nyaman saya dengan Ben Franklin”, kata Jordan. “Rasanya tepat bahwa iringan visual harus mencakup menari di depan kamera dan memegang ular 10 kaki di dekat wajah saya.”
‘Ben Franklin’ mengikuti judul lagu album, ‘Valentine’, dan video drama yang keterlaluan, juga disutradarai oleh Coll. ‘Valentine’ dirilis dengan pujian kritis dari The Guardian, Evening Standard, i Paper, Pitchfork ‘Best New Music’, New York Times, MTV, Nylon, dan lainnya. Lagu ini telah mengumpulkan lebih dari 2 juta pemutaran di layanan streaming, telah diputar di BBC Radio 1 oleh Clara Amfo dan Jack Saunders, dan video tersebut telah ditonton seperempat juta kali di YouTube.
Snail Mail akan menjalani tur Inggris, Eropa, dan AS pada 2021-2022. Pertunjukkan di Inggris dimulai pada 18 Februari di Manchester Academy 2, sebelum mengunjungi Glasgow dan Bristol dan berpuncak pada O2 Kentish Town Forum di London pada 23 Februari. Daftar lengkap tanggal tur yang akan datang dapat ditemukan di bawah. Tiket tersedia di https://www.snailmail.band/
Sebuah rilisan yang sangat dinanti, ‘Valentine’ ditulis dan diproduksi oleh Lindsey Jordan yang berusia 22 tahun dan diproduksi bersama oleh Brad Cook (Bon Iver, Waxahatchee) pada 2019-2020. Album ini penuh dengan romansa, patah hati, darah, keringat, dan air mata. Tapi ‘Valentine’ tetap tenang dan menguasai diri, menyalurkan kemarahan dan kekesalannya ke dalam memberdayakan fantasi balas dendam dan menulis ulang narasi nasibnya sendiri. Lagu ini adalah melodrama Jordan yang begitu cekatan memanfaatkan untuk mengimbangi rasa sakitnya. Lompatan sonik ke depan dapat didengar dari saat pertama dari judul lagu – suara berbisik dan synth sci-fi yang menakutkan meletus menjadi chorus yang memacu adrenalin seukuran stadion. Dari sana semuanya berjalan – dengan lagu-lagu infleksi elektronik digital, rocker baroque yang menawan, R&B slow-jam yang membara dan beberapa balada gitar finger-picked yang paling indah dan menyayat hati di sisi Elliott Smith ini. Namun, bintang pertunjukannya adalah suara Lindsey –okal dan kata-katanya lebih mentah, lebih dalam, lebih tajam, dan lebih terasa daripada sebelumnya.
“Valentine” adalah karya lanjutan dari album panjang penuh pertama Snail Mail, “Lush”. Debutnya, yang ditulis pada usia 17 tahun, mengubah dunia dengan bakatnya yang menawan. “Lindsey Jordan bisa dibilang nama baru yang paling menarik dari alt-rock,” kata The Sunday Times. The Observer mencatat “vokalnya yang sangat menggugah”, NME menyebut Jordan sebagai “… penulis lagu Amerika hebat berikutnya”, dan MTV UK menyebutnya “generasi indie-rock berikutnya”. Album ini digambarkan secara bergantian sebagai “… album rock musim panas yang lambat terbakar” (i-D), “Menangkap masa dewasa awal dengan segala kemegahannya yang berantakan” (Crack) dan “A treat” (Stylist). “Lush” dinobatkan sebagai salah satu Album Tahun Ini oleh BBC Arts & Entertainment, The Guardian, NME, Line Of Best Fit, Crack, Pitchfork, Rolling Stone dan banyak lagi, menjual 200.000 unit dan memacu penjualan tur AS, Inggris, dan Uni Eropa. Dia menjadi bintang dan termasuk dalam 21 artis di bawah 21 tahun Billboard bersama dengan Billie Eilish, Khalid dan banyak lagi. Dikenal dalam ukuran yang sama untuk permainan gitarnya yang ahli dan gravitasi penulisan lagunya, The New York Times menyebut Jordan “seorang inovator, menciptakan harapan baru untuk seperti apa pernyataan artistik yang kompleks dari suara muda dapat terdengar seperti hari ini.” Dengan Valentine, Snail Mail memenuhi semua janji itu.
