Kita memasuki era dimana pembangunan infrastruktur sedang marak terjadi. Gedung-gedung tinggi menjulang, jalanan kian luas membentang. Namun, ruang-ruang untuk berkesenian, berekspresi khususnya melalui musik miring yang dikerjakan secara kolektif, semakin susah mendapat akses untuk ke ruang publik. Stigma buruk terus melekat dan dilekatkan untuk musik ini. Makin diperparah dengan apresiasi yang berjalan dalam lingkaran setan yang terus menyusut. Tidak kemana-mana dan makin minim, sebagai salah satu imbas dari sulitnya diakses ruang publik tersebut. Tidak hanya musik miring ternyata yang kurang lebih mengalami hal yang sama. Penggiat olah raga skateboard juga tengah minim skatepark, walaupun dalam olah raga ini dikenal juga dengan street skateboarding.
Musik dan skateboarding masing-masing mempunyai permasalahan. Namun, dari semuanya, minimnya tempat, ruang, wadah atau apapun namanya, kini yang menjadi paling krusial.
Makassar Go Skateboarding Day 2019
Olah raga Skateboard hingga hari ini jauh dari kata sepi walaupun tergolong ke dalam olah raga ekstrem. Peminatnya sudah bisa dipastikan mayoritas kalangan muda; mulai dari bangku sekolah dasar, perguruan tinggi, dan mungkin juga ada pekerja kantoran. Olah raga ini sering ditemui hampir di setiap sudut kota, menjadi sarana berkumpul dan bersenang-senang skaters—sebutan orang yang gemar memainkan skateboard—tidak peduli seberapa tinggi resikonya. Namanya juga anak muda. Olah raga ini makin nikmat jika ditemani musik punk, post punk, ska, shoegaze, hardcore, dan berbagai subgenre lainnya.
Lebih dari sekadar olah raga ekstrem, permainan atau apapun namanya, skateboard memiliki pasar yang besar. Tidak terhitung berapa banyak brand fashion yang berangkat dari prinsip olah raga ini. Saking besar dan menjamurnya, setiap tanggal 21 Juni diperingati sebagai Go Skateboard Day di seluruh dunia. Hari raya skaters ini digagas oleh International Association of Skateboard Companies (IASC) pada tahun 2004.
Di Makassar, Skateboard sudah dikenal sejak tahun 90-an. Hingga pada 2008, untuk pertama kali, Makassar akhirnya turut merayakan Go Skateboarding Day. Beragam halangan dihadapi skaters Makassar. “Untuk Go Skateboarding Day di Makassar sudah ada dari tahun 2008, dan berlanjut terus sampai sekarang. Tahun ini, seperti biasa, kita melakukan skate parade dan sekalian singgah di beberapa spot seperti taman macan dan anjungan pantai losari untuk melakukan beberapa tantangan seperticash for trick, sama landing trick dan langsung dapat hadiah bagi yang berhasil. Kembali ke Gedung Mulo dan ada lagi fun games, long ollie, high ollie, dan game of skate. Di tahun ini kami bekerja sama dengan sponsor-sponsor dan juga untuk pertama kali bekerja sama dengan Dinas Pariwisata SulSel sehingga lapangan takraw ini bisa digunakan.” ungkap Austyn, perwakilan dari MSA.
Tidak berjalan mulus, dunia skateboard di Makassar juga mengalami beberapa kendala. “Skateboard di Makassar sempat redup setahun hampir dua tahun karena kurang event dan komunitas juga terpisah-pisah. Di tahun 2017 akhirnya kita berinisiatif membentuk Makassar Skateboarding Association (MSA) untuk mewadahi teman-teman skaters. Terkait soal tempat, skatepark di Makassar sendiri masih minim jika dibandingkan dengan kota-kota besar lain. Manado dan Bali contohnya. Karena minim tempat (skatepark), banyak teman-teman skater yang mau belajar malah ke Bali untuk belajar skateboard. Sayang sekali sih sebenarnya. Kami juga tidak tinggal diam. Skatepark yang di Karebosi kemarin bermasalah dan tidak sesuai standart dalam pembangunan sebelumnya. Kami konsolidasikan dengan pihak-pihak terkait dan sekarang sudah layak. Juga untuk pembangunan skatepark di Gowa, saya mengajukan ke Bupati untuk melibatkan teman-teman komunitas skate agar skateparknya tidak gagal seperti sebelum-sebelumnya” tambahnya.
Distorsi Tanggal Merah 2019
Event ini lahir dari tangan-tangan haus party Rooster East Familia (REF). Event yang dikerjakan kolektif ini terbilang berhasil. Memulai dari studio gig, dan kini, memasuki perayaan keempat, diadakan di tempat dimana kami senang untuk bersenang-senang; Rockfort. Terbentuk sejak tahun 2013, REF tergolong aktif mengadakan gig seperti October Noise dan Distorsi Tanggal Merah. Permasalahan klasik sering dijumpai; kekurangan tempat.
Sedikit disinggung soal ruang yang semakin hari semakin sulit untum diakses, Yoma, vokalis Discern Middle dan juga merupakan bagian dari REF berpendapat, “Anak-anak (REF) seringji cari-cari dan melobi tempat yang belum pernah diadakan event dan memungkinkan. Tempat yang pernah dipakai sebelumnya dan juga sebenarnya ada dan bisaji dipakai cuma harga sewanya selalu naik.” Untungnya, musik miring selalu menularkan semangat militansi yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan hadirnya Rockfort di kota ini yang menjadi wadah untuk bersosialisasi sekaligus untuk meluapkan ekspresi.
Keresahan akan semakin minimnya tempat juga dirasakan oleh Buyung, drummer dari Kamargelap dan owner dari Tigabelas Merch. “Menurutku prestasi dari sebuah kota bukan cuma pembangunan infrastruktur yang terus menerus. Melainkan tempat-tempat untuk berkesenian juga harus diperhatikan, dipercantik, dan dimudahkan aksesnya. Karena, dari segi manusianya, kalau akses ke ruang publik dipermudah pasti berpengaruh. Banyak band dan musisi dikenal dari kota ini kan juga suatu kebanggaan dan prestasi. Namun, sayangnya kurang diperhatikan.”
Antusias penikmat musik keras untuk menghadiri event musik seperti ini di Makassar masih tergolong tinggi. Terbukti dengan dipadatinya Rockfort mulai dari awal hingga akhir acara. Moshing tiada henti, energi seperti terisi kembali seketika mendengar raungan distorsi. Seluruh penampil mendapatkan feedback energi yang sama.
Menolak Tunduk dan Mengalah
Skaters dan praktisi musik miring di kota ini memang masih berkutat pada kekurangan tempat untuk menyalurkan ekspresi, bakat, atau apapun itu terkait passion masing-masing. Namun, sekarang apa yang tidak bisa disulap? Nyaris semua bisa diciptakan. Skaters punya kultur street skateboarding sedangkan musik miring punya studio gig dan secret gig. Tidak ada celah untuk tidak bersenang, karena militansi dalam regenerasi tidak akan pernah mati dan sahabat yang menopang tidak akan pernah berdiri di belakang. Tetap bersenang-senang dalam segala kekurangan adalah penolakan untuk tunduk dan mengalah pada keadaan (BHC)