Seperti kota kota pesisir lainnya di Indonesia, Makassar terbentuk dengan aroma music rock yang pekat. Sejak lama, berseliweran musisi-musisi rock dengan berbagai tingkah polah yang menghiasi jagat permusikan rock di Makassar.
Seiring dengan hal itu, berbagai festival music rock juga menghiasi perkembangan skena. Entah itu festival yang sebenarnya atau lebih ke lomba band dengan genre tertentu, marak terjadi di Makassar. Rock fest atau apapun itu menjadi wajib tayang tiap tahunnya di Makassar.
Awal 90-an, gelombang music alternative rock yang sebelumnya didahului oleh heavy metal juga menjangkiti banyak anak muda. Band-band dan musisi potensial terus lahir dan menghiasi lembar sejarah music rock. Begitupun 2000-an awal.
Sebelum 2010, beberapa teman baik menginisiasi sebuah music festival yang menyuguhkan band ‘orang dalam’ sebagai ujung tombak. Band luar coba dikesampingkan dengan tujuan agar musisi kota sendiri benar-benar menjadi tuan rumah yang baik di kota sendiri. Beberapa teman baik itu pula yang awalnya berupaya agar budaya local tetap tumbuh dengan berbagai cara termasuk music.
Makassar Bisa Tonji, sepengetahuan saya adalah adalah cikal bakal sebuah pergerakan besar yang kini punya taring tajam dalam pengembangan skena music termasuk kecenderungan berfestival secara nasional. Tahun 2009, event music itu memanggungkan 50 band local dengan arus dan warna berbeda-beda. Kala itu, pikiran kami mungkin sesederhana bagaimana sebuah event music dibuat dengan semangat yang sama untuk memajukan industrinya, bukan sekedar band-band yang bermain di dalamnya.
Tahun itu juga, seorang kawan lama bernama Ardy dari Chambers mengapungkan beberapa konsep berfestival yang sederhana namun punya visi yang baik ke depan. Bak gayung bersambut, pola pikir tersebut ditangkap dan coba diwujudkan secara kolektif oleh beberapa teman termasuk saya sendiri. Kala itu, tak satupun yang membayangkan bahwa gerakan tersebut adalah sebuah awal yang besar.
Dengan bantuan dari beberapa pihak, termasuk teman-teman Slemmersindo dan beberapa yang lain, tercetus Rock in Celebes di tahun 2010. Kala itu pola kerjasama yang ditawarkan terbilang sangat sederhana, dengan Ardy mengambil peran sebagai juru dobrak sementara kami mendukung dari belakang.
Hasil yang kami dapatkan kala itu memang tak ideal, berkaca dari keterlibatan penonton yang terus terang sangat jauh dari harapan. Namun, hal yang besar, semangat yang menyala, secara tak sadar telah dimulai, hingga saya secara pribadi baru menyadari setahun kedepan, saat Rock in Celebes 2011 kembali tergelar dengan lineup yang lebih segar, rapih dan actual. Hal-hal yang terjadi dalam skena yang lebih besar menjadi dasar pemikiran dalam melenggangkan semangat yang telah dimulai tahun sebelumnya dan semangat sederhana dari beberapa tahun sebelum itu.
Tahun setelahnya, dan setelahnya lagi, kemudian dilanjutkan secara konsisten sampai saat ini sebenarnya adalah gagasan sederhana yang menemukan jalan yang tepat. Mungkin, di 2009 silam, saya, atau siapa saja yang terlibat disana, termasuk Ardy tentunya, yang saya kenal sejak 2000an awal sebagai penikmat music festival yang cukup brutal hahaha,, Rock in Celebes ini tak terbayangkan untuk bisa digelar hingga 1 dekade. Bagaimana tidak, pengalaman mengajarkan banyak hal termasuk meyakinkan diri sendiri bahwa music itu lebih dari sekedar lomba dengan iming-iming hadiah tertentu. Musik itu jika digarap dengan visi yang lebih baik akan menumbuhkan banyak harapan bukan hanya bagi musisi namun semua orang yang terlibat di dalamnya.
Hingga kini, perkawanan ini masih langgeng dalam balutan sebuah festival yang bukan hanya menyajikan music sebagai tontonan utama bernama Rock in Celebes. Ada banyak hal dalam industry music utamanya di Makassar yang turut menjadi pertimbangan kita untuk membuat festival ini menjadi makin baik dari tahun ke tahun. Semangat yang bergemuruh dari bagian kecil dari kami selalu kami upayakan untuk menjadi salah satu penyumbang ide kreatif dalam perkembangan skena music minimal di kota sendiri, menjalar ke beberapa tempat di sekeliling kami, yang mana ternyata banyak kawan yang berpotensi sama, menggerakkan roda industry kecil, dan turut menyumbangkan apa yang kami punya untuk menjadikan Makassar sebagai kota music dengan pencapaian yang baik, seperti yang lama diidamkan oleh senior-senior kami penggerak skena sebelumnya.
Andi Muhammad Ikhlas