Kemarin, 9 Desember 2019 menjadi hari yang berbahagia untuk rekan saya Gyant Hidayah. Pasalnya, album solo kedua dalam rentang karirnya yang panjang dirilis dan diperkenalkan kepada khalayak ramai lewat sebuah showcase intim dan sederhana bertempat di Titik Kumpul Studio, jalan Talasalapang Makassar.
Showcase tersebut dihadiri beberapa rekan lama, pewarta musik dan tentu saja beberapa kawan pelaku industri hiburan. Dipandu oleh daeng Donni Dinar, sesepuh radio Makassar, saya berkesempatan memberikan sedikit informasi, pandangan dan harapan tentang proyek album Gyant Hidayah ini. tak terkecuali daeng Andi Imran Jaya juga selaku bapak angkat beberapa talenta musik bagus Makassar juga lugas mengupas album ini dalam statemen singkat namun mengena dan nyaman disimak.
Terus terang, sebagai kawan lama, saya tak pernah menyepelekan apalagi memandang bakat dan musikalitas Gyant itu adalah hal yang bisa dinikmati dalam berbagai batasan usia atau kesempatan saja. Justru, bakat istimewanya sangat menarik hati saya untuk mendekat dan mengakrabkan diri kepadanya.
Gyant Hidayah adalah musisi yang punya semangat dan skill yang sangat kompleks. Ia bisa dengan santai menciptakan komposisi mengagumkan dan bisa dengan sesantai itu juga berkelana kesana sini menebarkan ilmu gitarannya untuk siapa saja yang membutuhkan. Gyant adalah pesona yang meyakinkan banyak orang termasuk saya. Saya bisa berbicara tentang kebajikan terhadapnya sampai kapanpun karena saya sangat percaya bahwa bakat besarnya makin tak terbantahkan, dengan kontinuitasnya bermusik dan menelurkan karya yang makin baik dan bertenaga saja.
‘Right Step’ adalah album solo keduanya selain beberapa rekaman bersama band Moody Pop yang tengah ia jalankan juga. Right Step yang diperkenalkan kemarin adalah album ‘gitaran’ dengan tema beragam namun sangat terasa bahwa disini, Gyant Hidayah makin menebalkan keyakinannya terhadap rock dengan segala printilan dan sub keilmuannya. Right Step adalah album solo Gyant yang secara keras saya tolak mendengarkannya lebih awal karena saya ingin memahami dulu apa isi kepala dari dimensi berbeda bagi seorang Gyant yang beberapa bulan terakhir ini terpantau sangat berkesempatan menjadi lebih berwarna. Gyant kembali ke akar musik yang ‘membesarkan’ dan memberinya kehidupan sebagai gitaris yang luar biasa pesonanya.
Selepas magrib kemarin, saya pun mulai memutarkan album Right Step ini di cd player mobil dan memberi tekanan yang konstan terhadap pedal gas. Saya yang bukan musisi, ingin mendapatkan pengalaman baru mendengarkan album gitaran dari sahabat karib dengan tempo pelan-pelan saja. Saya juga tidak melihat sampul albumnya sama sekali. Saya terus saja mendengarkan track demi track sambil sesekali melihat ke jok samping, tempat anak lelaki saya berdiri menatap lurus kedepan. Saya ingin memastikan bahwa track demi track yang menyembur dari stereo set standar mobil saya tidak mengganggu kuping anak 2,5 tahun saya.
Ia, di track ke-4 mulai dengan menggoyangkan kepalanya ke atas ke bawah dengan pelan, terus berlanjut hingga track ke-6 yang sekali lagi tak saya hafal judulnya secara sengaja. Ia terlihat cukup nyaman menikmatinya, cukup nyaman dengan raungan distorsi gitar yang menurut saya juga sengaja Gyant tebalkan mengingat akar rock nya yang terlihat membekas dengan sangat jelas dalam gestur kesehariannya. Bahwa anak saya menerimanya, Alhamdulillah, karena biasanya dia dengan tangkas akan menekan tombol-tombol lainnya jika ia tak senang akan lagu yang saya putarkan di mobil.
Sehari kemudian saya masih menolak untuk melihat sekedar ke cover album untuk tahu judul dari lagu-lagu dari album Gyant Hidayah ini, saya masih keukeuh untuk sekedar mendengarkan saja hingga saya 100 persen yakin bahwa saya harus memulai dengan mendengarkan kembali ocehan Gyant terhadap konsep album ini, mengapa? karena saya sangat menikmatinya, terlebih di 4 track awal, saya dan siapapun yang mendengarkan butuh banyak sekali energi untuk berselancar ke dimensi khayal untuk memahami apa-apa yang diinginkan Gyant dalam album ini, album gitaran yang baik sekali, bukan sekedar kumpulan bebunyian instrumentalia, tapi buah pikir seorang gitaris yang sangat saya kagumi, Gyant Hidayah.
Andi Muhammad Ikhlas