Band rock industrial asal Bandung, Koil resmi merilis lagu baru berjudul “Pecandu N★rkotbah” pada hari Minggu, 14 Mei 2023 diseluruh layanan streaming musik. Perilisan ini merupakan babak baru dari perjalanan Otongkoil (vokal), Donnyantoro (gitar), Vladvamp (bass, synthesizer), dan Leon Legoh (drum) dalam upaya menebus janji menuntaskan album penuh keempat mereka yang tertunda lebih dari 2 windu.
Sebelumnya, Koil tengah dalam fase menyelesaikan berbagai seri installment yang dirancang sebagai milestone menuju album baru dimaksud. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Koil telah menelurkan dua seri dengan judul First Installment dan Second Installment, termasuk berbagai proyek opsional lain untuk penggemar (baca: Koil Killer Klub), mulai dari mencetak format baru album monumental, Blacklight, lalu merekam ulang lagu lama dalam payung Lagu Hujan EP—re-recording “Lagu Hujan” dan melahirkan remix “Tangga Pelangi” oleh Vladvamp—dirilis dalam format piringan hitam 7 inc (Grimloc Records) dan digital, hingga merilis album live dari konser bersejarah di Sabuga.
Dengan kata lain, lahirnya “Pecandu N★rkotbah” adalah bukti sekaligus jawaban dari banyaknya pertanyaan penggemar dan publik musik pada umumnya, terutama terkait eksistensi Koil dipeta musik nasional, dan… nyatanya, kreativitas bermusik Koil masih sangat prima dan tidak pudar karena usia.
Dalam hematnya, “Pecandu N★rkotbah” pernah dikenalkan Koil melalui seri installment pertama pada masa awal pagebluk melanda (2020). Namun di luar rilisan fisiknya yang dicetak sangat terbatas, “Pecandu N★rkotbah” versi First Installment belum menemukan wujud aslinya secara utuh atau masih dalam bentuknya yang paling kasar berupa demo version.Menurut penuturan Donnyantoro, otak dibalik pembuatan lagu, “Pecandu N★rkotbah” sendiri merupakan kepingan atau puing-puing harta karun dari sisa-sisa penggarapan album ketiga, Blacklight Shines On. Pondasi dari materi ini sudah diracik sejak 2005, namun kemudian dikristalkan karena satu dan lain hal.
“Sejak dibuat 18 tahun lalu, lagu ini sudah mengalami bongkar pasang aransemen berulang kali, sebelum akhirnya sampai ke versi seperti sekarang. Tapi mood-nya, sedikit banyaknya masih melingkar di range musik era Blacklight Shines On namun tentunya dengan gaya yang berbeda,” katanya seraya menyebut jika latar penciptaannya ini bersumber dari eksplorasi bebunyian synthesizer yang ia mainkan di markas besar Koil era itu, Sultan Agung 9.
Lazimnya, lagu “Pecandu N★rkotbah” masih mengedepankan ciri khas yang kental dengan identitas Koil selama ini. Berputar pada riff-riff dari kelokan sirkuit rock masa lampau yang mereka gemari dan bersentuhkan atmosfer gelap serta bassline menari-nari dengan bunyi perkusif pemicu adrenalin untuk ber-headbang ria.
Sisi lainnya, “Pecandu N★rkotbah” menawarkan aransemen yang lebih kompleks dari lagu Koil yang lain, juga tercatat menjadi lagu terkencang dari seluruh daftar katalog yang pernah Koil kenalkan sejauh ini.
Sementara pada departemen lirik, “Pecandu N★rkotbah” menawarkan sengatan larik menohok tentang fenomena kesalehan sosial. Tutur katanya sudah berbisa sejak verse pertama. “Atas nama harta, atas nama cinta, atas nama setan berkedok agama yang menjanjikan surga”. Tak ketinggalan, Otongkoil yang selalu bertugas merajut lirik turut membubuhkan ciri khasnya dengan nukilan-nukilan humor menggelitik.
Dari apa yang disulam oleh Otongkoil itu, “Pecandu N★rkotbah” berpotensi melahirkan friksi di sektor lirik. Urakan dengan pemilihan diksi pedas namun ada ruang yang seolah sengaja dibuat kosong untuk bahan perenungan bagi siapa saja yang mendengar. Sebuah permainan kata-kata yang bersifat paradoksal.
Di samping itu, lagu “Pecandu N★rkotbah” juga memiliki kadar serampangan dengan sampling yang Koil sertakan. Sampling yang juga sekaligus bisa menjadi detector bagi pendengar tanpa perlu bersusah payah mencari tahu dari mana sumber inspirasi penulisan lirik ini tercipta.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, Otongkoil mengaku memposisikan diri sebagai penggemar berat dari sosok yang menginspirasinya melahirkan lagu “Pecandu N★rkotbah”. Apa yang ia tulis bukan untuk menyerang. Otongkoil hanya melihat fenomena ini lalu mengubah bentuknya menjadi karya seni nan estetik. Sisanya, ia mempersilahkan agar nilai dan maknanya diinterpretasi sebebas mungkin.
”Apa yang ditulis oleh Otongkoil mungkin terkesan menohok dan kasar. Tapi faktanya fenomena tersebut adalah kenyataan yang juga kita lihat dan alami sehari-hari, bukan? Baik itu di media, media sosial, bahkan terjadi dan sangat dekat dengan lingkungan kita, di lingkaran pertemanan, bahkan hingga ke ruang lingkup keluarga,” ujar Leon Legoh.
Bukan Koil namanya jika tidak memberikan kejutan dalam setiap rilisannya. Alih-alih hanya menawarkan satu lagu saja, “Pecandu N★rkotbah” justru adalah rilisan format single dengan banyak pilihan. Pada konteks ini, Koil memanjakan penantian publik dengan sederet versi lain. Di luar lagu versi orisinil, “Pecandu N★rkotbah” terbagi ke dalam 7 jurnal musik reinterpretasi ragam bentuk dan pendekatan bebunyian.
Ketujuh versi itu diantaranya terkemas dalam tawaran nuansa gospel muram dan gelap yang digubah langsung oleh Vladvamp dengan judul “The Ghost Spell Evangelist”. Lalu ada versi remix berlatar drum and bass yang digarap oleh moniker sedarah mereka, Genesida, hingga deretan remix multitafsir lainnya yang melibatkan partisipasi organik dari kawan-kawan di luaran sana yang telah melewati kurasi super ketat Vladvamp.
Nama-nama remixer yang terpilih itu adalah EfanEvanEpan, Kassaf dan Batu Besi Pasir. Respon interpretasi yang mereka buat sangat unik dengan gaya pendekatan musikal yang agak mustahil disentuh oleh Koil, mulai dari funky kota hingga smooth jazz. Sedangkan sisa format lainnya adalah versi demo yang sebelumnya dikenalkan dalam rilisan First Installement dan nomor instrumental yang bisa dipakai untuk sesi berkaraoke. Percayalah, “Pecandu N★rkotbah” lebih dari sekadar kejutan.
Lagu “Pecandu N★rkotbah” direkam di The Old Ghost House, Bandung pada kuartal pertama 2023 dengan proses akhir audio—mixing dan mastering—oleh Azthraal. Sementara untuk sampulnya, Koil mempercayakan kepada illustrator bernama Patra Aditia (@patraditia). Patra Aditia sendiri bukan orang asing bagi Koil, ia adalah aktor penting yang berperan melahirkan Komik Koil, “Dragonian Warriors” dan “Fallen Gods” pada tahun 2017.
Tentang Koil
Koil merupakan salah satu band pionir di kancah musik independen Kota Bandung. Memulai panggungnya sejak 1993, Koil solid dengan personel J.A. Verdiantoro—Otongkoil (vokal), Donnyantoro—Donikoil (gitar), Leon Ray Legoh—Leon (drum), dan F.X. Adam Joswara—Vladvamp (bass, synthesizer).
Jejak musik Koil terekam dalam berbagai deretan katalog rilisan. Mulai dari mini album A Demo From Nowhere pada 1994, lalu berlanjut dengan album panjang pertama, Self Titled yang dilepas pada 1996. Menyusul setelahnya, atau tepatnya lima tahun kemudian, sophomore Megaloblast hadir dan meledak di pasar arus utama.
Mesin suara Koil semakin bergemuruh dengan merilis album game changer berjudul Blacklight Shines On pada 2007. Album ketiga ini lantas berubah wujud menjadi Blacklight pada tahun 2010 dengan berbagai tawaran format, bonus remix dan lagu baru. Jejak lain musik Koil bisa juga dijumpai di pelbagai album kompilasi lokal, soundtrack film, deretan single lepasan dan rangkaian proyek seri Installment.