Awal tahun 2022 menjadi waktu yang dipilih Kapal Udara untuk menelurkan album. Dengan mengawali tahun lewat karya, Kapal Udara berharap 2022 bisa lebih bermakna dari tahun-tahun sebelumnya.
Suakajiwa adalah album yang digarap Kapal Udara sejak tahun pertama pandemi Covid 19. Tidak hanya memberi waktu yang lebih luang untuk berkarya (karena semua acara pertunjukan musik berhenti total), situasi pandemi juga telah mempengaruhi Kapal Udara di album ini, baik secara lirik maupun musik.
“Proses album ini diawali dengan saling kirim demo via email dan ngobrol online. Ini merupakan hal baru bagi kami, karena di dua mini album sebelumnya, kami mengerjakannya dengan jamming atau ngulik secara langsung bersama-sama. Di album kali ini, kami memulainya di depan laptop dan handphone masing-masing” kata Dadang (Basis).
Pandemi memberi jarak pada masing-masing personil Kapal Udara, namun memiliki dampak positif pada pengkaryaan Kapal Udara. Menurut Ayat (Vokalis), karena para personil Kapal Udara jarang bertemu, kami menjadi sering nostalgia ke masa-masa awal terbentuknya Kapal Udara, dan membuka kembali rekaman-rekaman atau demo yang tercipta di masa itu. “Dari demo-demo itu, ternyata banyak yang bisa dijadikan lagu baru”.
Suakajiwa berisi delapan lagu dengan nuansa musik dan cerita yang berbeda-beda namun memiliki tema besar yakni “Suakajiwa” yang berasal dari dua kata, Suaka dan Jiwa.
“Tiap orang punya masalah dengan jiwanya, baik kecil ataupun besar, terlihat atau tersembunyi. Terkadang orang ingin menyembuhkan masalah jiwanya dengan mencari suaka, tempat pelarian, atau pergi bersenang-senang”, kata Ale (gitaris).
Tema besar tersebut membuat album Suakajiwa banyak membahas persoalan personal, mulai dari hubungan anak dan bapak (dalam lagu: Teka-Teki Bapak), pertemanan (Rumah Teman), keyakinan dan keraguan (Kasidah Ria), pertanyaan pada diri sendiri (Senandika), kecemasan berlebih (Titik Koma), liburan (Lagu Libur), keterasingan (Wahana Kota), hingga kematian (Kabar Duka).
Melalui Suakajiwa, Kapal Udara ingin menyampaikan sisi yang belum pernah diceritakan Kapal Udara di lagu-lagu sebelumnya. “Jika sebelumnya kami lebih banyak bahas soal masyarakat, budaya, dan landskap perdesaan, di album ini kami mau pakai sudut pandang personal. Hal-hal yang langsung kami rasakan. Jadi subyeknya adalah diri sendiri”, kata Bobby (Drummer).
Secara musik, album Suakajiwa juga cukup berbeda dengan dua mini album Kapal Udara sebelumnya. Meskipun karakter pentatonik gitar ala Kapal Udara masih sering muncul di Album ini, namun secara tema lagu dan nuansanya kini lebih beragam.
“Semua gitar dan bass di delapan lagu ini kami rekam sendiri di rumahnya Ale, selebihnya, Vocal, Drum, dan intrumen tambahan lainnya kami rekam di Rucs Studio, dengan bantuan Chapunk (Abdul Chaliq) sebagai engineer”, kata Ayat (Vocalist).
“Proses produksinya bisa dibilang cepat, karena memang momentumnya tepat untuk membuat album. Apalagi kami betul-betul merasakan langsung apa yang diceritakan lagu-lagu ini”. Sambung Bobby (Drummer)