Apa yang lewat dalam kepalamu jika mendengar kata “Psychedelic”? kaos tie dye, kaca mata ala John Lennon, keadaan substansial, musik dengan struktur yang ribet, eksplorasi nan eksperimental dengan gitar elektrik yang kemudian menghasilkan feedback; hasil dari kawin-mawin antar pedal dalam stompbox dan sebenarnya masih banyak lagi yang bisa digambarkan dari satu kata tersebut. Setidaknya musik yang kemudian banyak dikenal dari tangan Jimi Hendrix, The Grateful Dead, Jefferson Airplane, Pink Floyd, dll ini sangat berwarna dibandingkan band-band rock lain pada eranya.

Kali ini, “Psychedelic” tidak memiliki unsur-unsur di atas, namun sebaliknya. Warna gelap nan kelam, artwork yang terkesan sangar, musik dengan struktur yang cenderung sederhana, raungan distorsi dari gitar yang dipadukan dengan sentuhan synthesizer dan permainan drum yang aggressive, scream and sing; mematahkan stereotip soal psychedelic. Dan saya suka yang seperti ini. ‘Psychedelic” yang tidak begitu berwana dan aggressive ini adalah debut album Impossible, band dari Majene, Sulawesi Barat, yang dirilis tanggal 1 Desember 2019 kemarin.


Lima orang yang memainkan musik yang mereka sebut Metal Electrocore ini menyuguhkan ‘Psychedelic” dalam format yang berbeda.